Dengan langkah terseret yang berat dan menahan dehidrasi, aku sampai di gedung pencakar langit yang mewah ini. Aku terbengong. Banyak orang lalu lalang, keluar masuk melalui pintu putar itu. Berbaju mewah, dengan jas mereka yang mengkilap dan rok mini cantik berwarna-warni.
Mau tak mau, aku melihat ulang penampilanku dari bawah, yang tadinya aku berfikir ini adalah pakaian mewahku, namun pakaianku ini tak berarti apa-apanya dibanding mereka semua.. hanya sepatu sneakers hitam favoritku, celana panjang jeans biru gelap, kemeja panjang berwarna putih yang kulipat tangannya dan rambut panjang tergerai yang sudah kurapikan cepat.
Mungkin aku salah tempat.. begitu batinku. Namun setelah ku cek berulang-ulang, tempat ini sama percis seperti yang tertera di robekan kertas putih lecek ini.
Dengan berat hati dan langkah yang terseret-seret seratus kali lipat dari sebelumnya, aku pun masuk. Berputar pelan melalui pintu kaca bundar itu. Diarahkan menuju seorang resepsionis berbadan tegap kaku, berambut bergelombang palsu dan berkemeja coklat suram.
"Saya ingin bertemu dia." Saya menyerahkan foto seseorang ke arah resepsionis itu tanpa basa-basi.
Dia terdiam sejenak menatapku. Tatapan tajam bagai mengoyak mataku. Setelah puas menatapku, ia memalingkan pandangannya ke arah satpam di pintu otomatis diujung kiri sana, lalu mengangguk dan melemparkan pandangannya ke arahku dengan tatapan yang lebih membunuh. Dan satpam itu pun perlahan menuju ke arahku.
"Silahkan" Begitu ujarnya setelah sampai di depanku. Aku mengikutinya dari belakang, dan untuk terakhir kalinya aku menoleh ke belakang ke tempat reseptionis tadi, ia masih mengikuti tubuhku dengan tatapannya itu.
*
Setelah masuk lift dan melaju cepat ke atas, disinilah aku. Di lantai yang hanya memiliki satu pintu. Sebuah pintu utama tinggi yang letaknya di tengah ruangan ini. Pintu itu berukuran tiga meter menjulang ke atas, tampak kokoh dan kuat. Pintunya berwarna krem pucat menyatu diantara dinding-dinding putih yang juga pucat.
Satpam menunjuk ke pintu itu. Lalu pintu lift ditutup. Dan aku disini sendirian. Menuju pintu itu..
*
Pintu krem pucat itu memiliki gagang berwarna kuning muda lembut. Tak ada ukiran apapun dipintunya. Polos dan bersih. Aku membuka pintu itu dengan mendorongnya pelan. Dan disinilah aku..
Ceklik.
Pintu tertutup dan terkunci otomatis.
Aku berjalan ke arah sosok pria paling tampan yang pernah aku temui seumur hidupku. Rambutnya hitam lebat dengan belahan pinggir rapi. Ia memakai jas hitam terbuka dengan kemeja biru gelap yang satu kancing bagian atasnya terbuka. Dia duduk dengan menyilangkan kaki panjangnya. Celananya berwarna hitam, sepatunya sepatu kulit mahal.
Saat melihatku datang, ia tersenyum tipis ke arahku dan beranjak dari sofa abu-abu itu. Ia sepertinya sudah menungguku lama. Selangkah. . Dua langkah.. tiga langkah..
Terdiam, aku mendongak menatap matanya. Tubuh tingginya tegap dengan bahu lebar. Jantungku berdegup kencang. Bulir-bulir keringat tipis perlahan menguar dari balik pori-pori punggung belakangku. Orang ini..
Jantungku semakin cepat berdetak seiring ia semakin mendekat ke arahku. Membuatku semakin gelisah. Ada apa dengan pria ini? Sangat mengintimidasi.
Sepatunya tak berbunyi saat menyentuh lantai, langkahnya tak bersuara. Dan kini ia ada dihadapanku!
Terlambat aku menyadari, sepertinya ada yang salah..
*
Dia mendekatkan tubuhnya ke arahku. Menggapai pipiku dengan tangannya. Tercekat! Tak ada suara yang bisa keluar dari dalam mulutku saat aku ingin berteriak. Lagi-lagi terlambat.. tangannya menyentuh pipiku dengan lembut. Aku menahan nafas. Mata kami saling bertautan.
Aku menghitung dalam diam, tanpa memejamkan mata. Dan..
Brak!!
Pintu di dobrak. Ada pria lain yang datang dengan tiba-tiba. Dia melihatku dan pria tampan ini. Ahh, ternyata pria ini..
*
Sebelumnya saat di persimpangan jalan terakhir menuju ke gedung ini, tak sengaja aku melihat bias pantulan bayang seorang laki-laki dari kaca pertokoan. Laki-laki yang tak asing. Aku tak mengenalnya cukup jelas namun dia terasa akrab. Saat itu, ku cari-cari ia di memori otakku, tapi tak ketemu. Sedekat apa aku dengannya ku tak tahu..
Dan disinilah dia! Mendobrak pintu dan masuk begitu saja, berjalan ke arahku dan pria ini. Melihatku dengan khawatir tanpa berkata apapun. Tiga langkah dariku, ia berhenti. Lalu duduk di kursi kayu itu. Hanya melihatku dari jauh, masih dalam tatapan khawatirnya. Dia berbicara melalui tatapannya.. "aku mengikutimu hingga kesini.. aku selalu berada dibelakangmu tanpa kau sadari. Tak perlu khawatir."
Didepanku, pria tampan hanya diam, menurunkan tangannya dari pipiku, sambil menganalisa pria itu dengan tatapan dingin.
*
Sementara itu, dari arah pintu yang terbuka, datang sosok pria yang lain. Tergopoh-gopoh keluar lift dan berlari terburu-buru ke arahku.
Pria tampan langsung memegang tanganku, sikap protektif yang mengejutkan. Lalu dia menyeringai ke arah pria berbaju biru yang baru datang itu. Sambil mendengus dia berkata, "kenapa datang kesini?"
Tak menggubris perkataan pria tampan itu, matanya hanya tertuju padaku, tatapannya menyiratkan sedih yang teramat sangat.
"Aku menelfonmu berkali-kali.. tapi nggak kamu angkat. Ribuan chat yang terkirim, nggak kamu balas. Bukan maksudku, ingin mengganggumu, mengejarmu.. Aku hanya ingin membantumu."
Nada suaranya memohon.. agar aku mengerti maksudnya. Namun aku tak mengerti.
Tersentak, tangan pria tampan ini menarikku ke arahnya. Kembali ia menyeringai ke pria berbaju biru. Sekilas pria berbaju biru itu melirik ke arah pria tampan, dan kembali menatapku dan berbicara dengan nada suaranya yang memelas.. "Aku ingin membantumu. Tak lebih." Nadanya menghipnotisku, terngiang berulang-ulang.
Lalu dibalas perkataannya oleh pria tampan. Mereka saling beradu kata. Apa yang mereka bicarakan.. tak terdengar. Pembicaraan mereka mengabur dari pandanganku, dari pendengaranku.
"Ayo!" Pria tampan menarik tanganku, mengajakku menjauh dari dua pria ini. Meninggalkan senyum misterius ke arah pria berbaju biru dan berbalik memunggunginya.
Aku masih dalam cengkraman pria tampan ini. Perlahan aku memunggungi dua pria ini dan menoleh (mungkin) untuk terakhir kalinya ke arah mereka.
Pria yang duduk mulai menegang, memelototiku, ingin mencegah aku pergi namun tak ada suara darinya..
Dan pria berbaju biru, berubah menjadi sangat sedih.. airmatanya hampir tumpah. Suaranya bergetar berucap "jangan pergi.."
◇
Catatan tentang About Dream - Help Me!:
Sebuah mimpi dimana aku terjebak ditubuh lain, yang bukan tubuhku.. yang bukan diriku. Dihadapanku, sosok asing yang ntah kenapa tampak akrab bagiku. Tapi siapa dia? Apa hubungannya denganku?
Butuh banyak waktu untuk mencerna hal yang membingungkan dengan tengat waktu yang mendesak. Familiar tapi asing. Itu aku namun bukan diriku.
Terakhir.. kata-kata yang selalu terngiang, bahkan sampai saat tersadar dan bangun dari mimpi ini.
Nada suara dan perkataan terakhir si Pria berbaju biru: "Aku ingin membantumu".
0 comments:
Posting Komentar